Subscribe Us

header ads

Sumpah Pemuda Zaman “Now”

Oleh: Rif’atul Himmah

Ketua Umum PW Corps GPII Putri
Jawa Tengah 2017-2020
Ketika mendengar kata pemuda, tidak sedikit masyarakat yang memiliki pemahaman bahwa ia adalah sosok yang kuat dan berapi-api, punya semangat perjuangan yang membara, dan tentunya menjadi generasi pewaris tonggak kepemimpinan bangsa. Berangkat dari pemahaman tersebut, bisa dikatakan bahwa satu-satunya harapan generasi terdahulu ada pada diri pemuda. Jika ditarik kembali pada sejarah perjuangan Indonesia. Maka kita akan menemukan peran pemuda yang begitu besar, mulai dari organisasi Budi Utomo, usaha pemuda untuk merebut kemerdekaan, sampai dengan mempertahankan kemerdekaan, bahkan penggerak untuk mewujudkan reformasi.
Hal ini juga sesuai dengan perkataan presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno yang sudah sangat terkenal: ”Beri aku seribu orang tua,maka akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia.” Pernyataan tersebut tidak hampa sejarah, artinya pada saat itu eksistensi pemuda sangat diperhitungkan. Pemuda menginisiasi perumusan gagasan untuk mempersiapkan kemerdekaan Negara Indonesia. Mereka saling bahu-membahu dengan golongan tua untuk merebut kemerdekaan. Semangat perjuangan mereka menghasilkan suatu rancangan yang sudah dikukuhkan mejadi sumpah pemuda, yaitu pada 28 Oktober 1928.
Sesungguhnya, adanya sumpah pemuda tersebut merupakan salah satu bentuk acuan para pemuda saat ini, untuk mengaplikasikan substansi dari sumpah pemuda itu sendiri. Dengan kata lain, pemuda saat ini sebagai penerus perjuangan pemuda pada saat itu. Akan tetapi, pada kenyataannya, spirit sumpah pemuda masih berkutat pada hal ritual saja. Artinya, hanya sebatas ceremony tanpa ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pemuda saat ini, lebih condong pada kehidupan yang serba modern tanpa mempedulikan manfaat dari apa yang mereka lakukan.
Bahkan, yang lebih ironis adalah adanya pergaulan bebas dan kehidupan yang serba hedonis. Seperti contoh kasus yang terjadi pada putra artis Jeremy Thomas, Axel Matthews Thomas, yang terjerat kasus menggunaan narkoba. Ia dituntut enam bulan penjara masa tahanan, dan denda Rp. 20.000.000. (Rabu, 25 Oktober 2017/ sindonews). Kasus lainnya juga terjadi pada 18 remaja di Bogor Jawa Barat yang menggelar pesta narkoba, dan 13 diantaranya dinyatakan positif sebagai pengguna narkoba. (liputan6.com).
Dalam kehidupan sosial, pemuda juga banyak melakukan kriminalisasi lainnya. Hal ini disebabkan adanya factor kemiskinan dan pengangguran. Tidak sedikit pemuda pada zaman ini yang menjadi sampah masyarakat, artinya tidak memiliki karya atau sumbangsih apa-apa pada masyarakat dan negaranya. Hal ini juga menjadi PR bagi pemerintah agar menyiapkan lapangan pekerjaan yang lebih luas. Meskipun demikian, pemuda juga tidak melulu bergantung pada pemerintah. Mereka harus mempersiapkan diri sedini mungkin untuk membangun negara Indonesia.
Keadaan di lapangan sangat berbanding terbalik dengan harapan para kaum tua. Pemuda yang digadang-gadang sebagai pemegang tongkat estafet perjuangan , akan tetapi mereka malah terjerumus pada kehidupan yang tidak bermoral. Mereka semakin mengalami degradasi dan tidak meiliki orientasi yang jelas. Mereka terkesan acuh terhadap permasalahan di negara Indonesia. Padahal permasalahan di Indonesia pada saat ini sangatlah pelik, mulai dari masalah perekonomian sampai dengan masalah isu anti kebinekaan. Seharusnya, pemuda pada saat ini, berusaha berlomba-lomba untuk membangun bangsa.
Sehingga, momentum sumpah pemuda yang dahulu telah diperjuangkan oleh para pemuda terdahulu tidak menjadi hal sia- sia. Artinya, perjuangan pemuda terdahulu memiliki makna yang signifikan bagi perubahan para pemuda zaman kini. Sumpah pemuda harus tetap terpatri di dalam diri pemuda saat ini. Beberapa hal yang seharusnya dilakukan para pemuda saat ini, yaitu: Pertama, harus ada inisiatif dari anak bangsa untuk berjanji dan bersatu untuk menjaga dan membangun Indonesia.
Persatuan ini menjadi hal yang sangat urgen, sebab dengan bersatu roh perjuangan dan rasa nasionalisme pada negara semakin kuat, tanpa terkecuali mereka yang memiliki latar belakang, ras, atau suku yang berbeda. Kedua, semakin ke sini, tantangan perjuangan akan semakin berat. Oleh karena itu perjuangan harus terus dilanjutkan, yaitu bisa melalui pendidikan, kehidupan social, atau bidang ekonomi.
Selain itu, pemuda juga harus memiliki komitmen untuk menjaga dan membangun negara Indonesia. Gaya hidup hedonis (berfoya-foya), pragmatis, dan apatis, tentu menjadi tantangan yang tidak mudah dijinakkan. Tidak hanya tantangan internal, tantangan eksternal yang mengancam kehidupan berbangsa juga harus diantisipasi dan disikapi. Kembali munculnya isu komunisme, Islam radikal, dan paham-paham sekuler menjadi ancaman sekaligus tantangan yang harus diselesaikan oleh pemuda.
Ketiga, dari Sabang sampai ke Merauke, tentu terdapat beragam bahasa, adat, serta budaya. Melalui hal tersebut, para pemuda harus bisa berkolaborasi untuk membawa cita-cita Indonesia. Hal ini bisa dilakukan melalui karya-karya dan iniatif pemuda untuk meajukan nama bangsa. Yaitu bisa melalui perkumpulan- perkumpulan atau dengan aktif di organisasi mahasiswa, kepemudaan, atau bahkan sosial kemasyarakatan. Dengan begitu, mereka akan terlatih untuk berperan aktif serta melek dalam kehidupan sosial dan masyarkat. Wallahu a’lam bi al-shawaab.

Sumber: Klikatifis.com


Posting Komentar

0 Komentar