Subscribe Us

header ads

Sentuhan Santri untuk Negeri

Oleh : Kholisotudz Dzihniyyah*
Pemuda adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan oleh setiap orang tua untuk menjadi tulang punggung bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan agama. Pemuda sangat diharapkan dapat memberikan masa depan yang baik dan cerah. Dengan semangat pemuda yang membara dapat mengguncang dunia, setidaknya begitulah Bapak Proklamator Indonesia menggambarkan betapa hebatnya kekuatan para pemuda.
Peran pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar. Para pemuda yang berjuang tersebut tidak sedikit merupakan muslim, bahkan bisa dikatakan sebagian besar adalah muslim. Pemuda yang sebagian besar dari mereka adalah santri, yang notabene dari pesantren. Pengajaran Islam yang begitu sangat mendukung terhadap rasa nasionalisme.
Santri, tidak hanya sebuah kata panggilan bagi orang yang tinggal di pesantren, yang identik dengan sarung, peci, dan kitab kuning. Namun, santri adalah sebuah karakter yang menggambarkan keislaman yang baik dan ideal. Pernyataan ini di perkuat dengan banyaknya sejarah yang melibatkan para santri.
Seorang tokoh pendidikan nasional bernama Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi)berkebangsaan Belanda yang dikirim ke Indonesia untuk menjajah dan merusak bangsa Indonesia. Namun, ketika Douwes Dekker berhubungan dengan para kyai dan santri, mindset-nya berubah, yang semula ingin merusak negara, justru bergabung dengan pergerakan bangsa Indonesia. Bahkan, semangat kebangsaanya melebihi bangsa Indonesia sendiri. Douwes Dekker pernah berkata dalam bukunya "kalau tidak ada kyai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan". Siapa yang berbicara? Douwes Dekker orang yang tidak pernah nyantri di pondok pesantren, mungkin kalo yang berkata seperti itu seorang santri, pasti ada komentar "iyalah yang berbicara aja anak pondok, biar pencitraan pondok pesantren itu bagus". Tapi kalau yang berbicara orang "luar", ini adalah temuan apa adanya, tidak di buat-buat.
Jika dahulu masyarakat, kyai, dan santri berada pada garda terdepan dalam membela kemerdekaan Indonesia. Maka kini, kaum santri harus mulai bangkit kembali membangun tatanan budaya, ekonomi, dan pendidikan agar muncul kembali semangat pejuang-pejuang kaum santri yang telah mewariskan Indonesia kepada kita. Kenapa saat ini semakin banyak saja orang non-muslim yang berkuasa. Mungkin diantara orang-orang ada yang menganggap "tidak apa-apa" punya pemimpin yang non-muslim. Tapi ini adalah pikiran yang sangat modern yang bernuansa Bhineka, apalagi calon yang didukung mempunyai citra yang (katanya) baik. Orang-orang juga beranggapan bahwa pemimpin non-muslim itu akan bersikap toleran terhadap warga muslim. Tapi apa mereka tau seberapa mengerikanya kalau pemimpin itu tidak amanah? 
Pada saat kepemimpinan Jokowi-Ahok di DKI. Meskipun sering blusukan kemana-mana dan didukung penuh dengan media-media, Jakarta pun tidak ada perubahan, tetap saja masih macet dan banjir. Yang ada Jakarta makin menjauhi nilai-nilai keislaman, bukan bermaksud untuk SARA atau apa, tapi juga berdasarkan fakta yang ada seperti dilarangnya Takbir Akbar di Jalan, MUI dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang kegiatan ibadah dilakukan diruang publik, karena sudah membuat resah masyarakat. Padahal kalau jalanan umum digunakan untuk hiburan yang mubazir seperti hiburan dan waktu malam tahun baru menutup total jalanan, tidak ada yang mengeluhkan. Mungkin hanya jokowi satu-satunya gubernur yang melarang takbir keliling pada Hari Raya Islam. Giliran untuk ibadah di permasalahkan. 
Permasalahan yang sangat penting juga terdapat pada ekonomi, kenapa negara Indonesia yang mayoritasnya muslim tapi ekonominya dikuasai oleh orang" non-muslim. Padahal penduduk yang 85% muslim, tapi ekonominya dikuasai non-muslim. Mulai dari sektor pedagangan hingga manufaktur. 90% konglomerat yang merupakan ciri dari perekonomian nasional negeri ini merupakan keluarga-keluara keturunan Cina dengan agama selain muslim. Tetapi kebanyakan sektor politik di negeri ini didominasi orang muslim.
Berdasarkan data Forbes, disebutkan dari 50 orang terkaya versinya hanya 8 orang yang muslim dan sisanya merupakan nonmuslim. Bursa efek di Indonesia sampai saat ini juga dikuasai oleh perusahaan-perusahaan yang pada dasarnya dipimpin orang nonmuslim. Semua perusahaan besar ini, yang marketnya besar di bursa, tidak ada satupun yang dipimpin oleh seorang muslim, ini fakta. Kalau 10 tahun yang lalu ke mall, pasti yang datang orang nonmuslim, tapi sekarang banyak umat islam dan wanitanya yang hampir mayoritas berhijab. orang muslim hanya bisa menghabiskan uangnya untuk memperkaya orang nonmuslim.
Bukan hanya itu, masalahnya juga terdapat pada paradigma yang sangat berbeda antara orang muslim dan nonmuslim. Masyarakat muslim dari kecil tidak di cetak untuk menjadi konglomerat, melainkan untuk menjadi kiai, pegawai atau pejabat. Itu sangat berbeda dengan teman-teman nonmuslim dan Tionghoa. Kesempatan mereka untuk duduk di pemerintahan, menjadi pegawai negeri, dokter, insinyur tidak tinggi. "sehingga bidang-bidang tersebut hampir tertutup bagi nonmuslim. Hal tersebut yang membuat konsentrasi tunggal mereka pada bidang ekonomi. Mereka dari kecil sudah di cetak etosnya jadi usahawan. Sejak kecil tidak ada pilihan (bagi Non-Muslim) untuk sukses kecuali jadi pengusaha.
Permasalahan-permasalahan seperti itu, siapa yang akan mengurus dan menyelesaikanya? ya para pemuda, terkhusus para santri yang menyelesaikan masalah ini. Beban tanggung jawab ini jangan penah di sepelekan. Santri semestinya memiliki jiwa kepemimpinan dan kepribadian yang diatas rata-rata dibanding generasi muda yang lain yang belajar di luar pesantren. Hal ini disebabkan santri belajar dan dididik ilmu agama dan akhlak budi pekerti selama 24 jam setiap hari di bawah pengawasan ketat pengasuh dan pengurus pesantren. Bagi seorang santri, seseorang yang diharapkan memiliki kesadaran yang lebih baik dari pada masyarakat awam. Dia dituntut untuk lebih bisa memutuskan lebih banyak pertimbangan sendiri. Belajar mengabil keputusan sendiri dan membuat pilihan yang baik itulah salah satu pelajaran yang bisa seorang santri petik ketika di bentuk dalam pesantren.
Baik buruknya suatu bangsa akan sangat tergantung pada masyarakatnya. Dan maju atau mundurnya suatu masyarakat terletak pada individu-individunya. Sudah 3 tahun terakhir ini, melalui keputusan presiden Nomor 22 tahun 2015 presiden Joko Widodo menetapkan bahwa tanggal 22 oktober sebagai Hari Santri Nasional. Lantas mengapa santri begitu pentingnya hingga dibuatkan hari khusus dalam memperingatinya? serta siapakah santri itu? Begitu spesialkah bagi negara tercinta kita ini? Ini dimaksudkan agar sejarah perjuangan peran santri dalam memperjuangkan bangsa Indonesia sebagai upaya resolusi jihad semangat santri dalam membangun dan memajukan negeri ini di masa-masa akhir zaman seperti yang kita rasakan.
Setidaknya jiwa-jiwa santri perlu kita tanamkan dan kita tumbuh kembangkan sebagai warisan budaya nusantara, karena dengan perkembangan zaman dimana tantangan serta godaan zaman yang semakin berat. Perlu adanya tali sebagai pegangan erat supaya kita tidak terseret arus dan terjerumus ke dalam kejelekan. Setidaknya ada beberapa jiwa santri yang tidak boleh kita tinggalkan.
Pertama, santri terdidik dengan sikap jiwa kemandirian. Sikap yang perlu kita tanamkan dalam hati kita mengingat generasi kedepan karena dengan sikap kemandirian besarsantri akan menjadi orang sukses dimasa depan. Sehingga sikap ini penting untuk memperjuangkan bangsa supaya lebih maju lagi.
kedua, jiwa pengabdian. jiwa pengabdian santri harus melekat pada diri santri ibarat filosofi kepesantrenan, kepatuhan santri kepada kyai ataupun kepatuhan seorang siswa kepada guru dan orang tuanya.
ketiga, jiwa jihad. yakni tekad dan komitmen yang kuat dalam mengurangi samudra penderitaan serta memecahkan dan mengatasi masalah, karena yang namanya perjuangan pastidan tidak mungkin luput dari masalah ataupun penderitaan. Jihad bukan berarti ia harus berperang melawan penjajah ketika memerangi kerusakan moral dan adab itupun sudah sebagian dari jihad.
keempat, jiwa cinta dan wawasan yang luas. Bagaimanapun seorang santri tidak akan mendapat ilmu kecuali jika ia cinta kepada ilmu.
Sangat penting pada zamamn sekarang ini mngembangkan ilmu dan wawasan yangg tinggi karena kemajuan sebuah bangsa bukan ditentukan dengan banyaknya kekayaan materi tetapi kekayaan intelektual yang berharga. Hal ini terbukti banayaknya sumber daya alam di negeri kita yang masih dikuasai asing karena generasi bangsa masih belum bisa karena keterbatasan ilmu dan kemampuan.Disinilah peran generasi muda, pelajar khususnya mari kita majukan bangsa dengan ilmu dan akhlakyang baik. Dari jiwa-jiwa santri tersebut marilah kita tanamkan kembali, mengingat jiwa tersebut semakin tergerus dan tergeser dengan modernisasi zaman yang serba berubah dan arus teknologi yang semakin tak terkendali. Sentuhan para Santri sangat dirindukan oleh negeri ini


Posting Komentar

0 Komentar