Subscribe Us

header ads

Pondok Pesantren, Aset Berharga Bangsa

Muhammad Sholahudin Abdullah
Alumnus Pondok Pesantren Al-Fatah
Mlagen, Pamotan, Rembang
Mahasiswa UIN Walisong
o Semarang
Berbagai macam budaya Indonesia, istilah santri ditujukan kepada pelajar yang menekuni ilmu-ilmu keislaman. Menurut Nur Kholis Majid ada dua pendapat yang dapat dijadikan bahan acuan. Pertama, berasal dari bahasa sangsekerta, yaitu "sastri", yang berarti orang yang melek huruf. Kedua, berasal dari bahasa jawa, yaitu "cantrik", yang berarti seseorang yang mengikuti Kiai dimana pun pergi dan menetap untuk menguasai suatu keahlian tersendiri. Berbicara tentang santri selalu kaitannya dengan pondok pesantren dan Kiai, pondok pesantren adalah tempat berkumpulnya para santri untuk menimba ilmu keislaman, sedangkan Kiai adalah orang yang mengajarkan ilmu keislaman kepada santri.
Entah sejak kapan kemunculan pesantren di Indonesia, ada yang mengatakan budaya pesantren ada sejak zaman walisongo sekitar abad 16 M. Berawal dari seorang yang pandai dalam bidang ilmu keislaman kemudian mendiami suatu daerah untuk mengajarkan keislaman pada masyarakat sekitar, pengajaran tersebut awalnya hanya di rumah sang Kiai, kemudian berkembang sampai akhirnya menjadi pondok pesantren.
Setelah Indonesia merdeka, pesantren sangat berperan andil dalam pemerintahan salah satu tokoh pertama yang lahir dari kalangan santri yang menjadi Mentri Agama pada masa pemerintahan Ir. Soekarno yaitu K.H.Wahid Hasyim. Hingga kini pesantren terus berkiprah dalam dunia pendidikan dan perbaikan akhlak para santri untuk senantiasa mencetak generasi terbaik bangsa dengan mengutamakan akhlak mulia.
Keberadaan Santri dan Pesantren
Pada saat Indonesia masih menjadi jajahan Belanda, para kiai selalu mengajarkan kepada para santri untuk selalu mencintai tanah air. Kepedulian santri untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda bisa dibuktikan pada saat para Kiai di Jawa Timur menggelorakan Perang Jihad melawan belanda. Pecahlah perang 10 November 1945 di Surabaya yang akhirnya dijadikan sebagai hari pahlawan. Banyak para ulama dan kaum santri yang memasuki medan peperangan melawan Belanda, dan tidak sedikit dari mereka yang gugur dalam peperangan.
Data dari Kementrian Agama Republik Indonesia mencatat jumlah santri pondok pesantren di 33 provinsi di seluruh Indonesia mencapai 3,65 juta santri yang tersebar di 25.000 pondok pesantren. Dengan data ini kita dapat menyimpulkan betapa eksisnya pendidikan pesantren bagi penduduk Indonesia dan tentunya sangat berperan penting dalam mewujudkan tujuan bangsa.
Dewasa ini bangsa Indonesia mengalami banyak problem yang sangat kompleks, salah satunya adalah konflik antar golongan dan konflik ini selalu didasari kebencian yang mengalahkan dan membunuh rasa cinta terhadap sesama warga negara, jika terus mengedepankan egoisme untuk mempertahankan eksistensi suatu golongan maka tujuan bangsa ini sampai kapanpun tidak akan pernah tercapai. Jika konflik seperti ini dibiarkan berlarut-larut, maka keutuhan NKRI sangat terancam.
Untuk mensiasati pelbagai permasalahan di Indonesia, pesantren dan santri sangat berperan dalam penyelesaian konflik dengan memposisikan diri sebagai jembatan antara golongan-golongan yang sedang berkonflik tadi. Itu sangat mungkin terjadi karena sistem pendidikan pesantren selalu mengedepankan akhlak, sebagaimana yang dikatakan K.H Muzammil dari Rembang dalam ceramah beliau ketika menjadi pembicara haul pendiri pondok pesantren Al-Fatah dan Al- Falah desa Mlagen, kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang bertempat di pondok pesantren Al-Falah yang sekarang diasuh Kiai Mahbub Abdillah S. Ag, bahwa "pondok pesantren dan santri adalah tulang punggung untuk menciptakan kedamaian bangsa Indonesia".
Menumbuhkan Kembali Semangat Jihad Santri
Roda zaman terus berputar tentunya banyak tantangan yang senantiasa perlu kita siasati, pentingnya menyegarkan roda perputaran zaman adalah syarat mutlak untuk keberlangsungan hidup yang adil dan beradab dengan terus melahirkan pejuang pembaharu masa depan. Dengan kata lain, semangat jihad untuk terus menciptakan suasana damai sejahtera sebagaimana yang terkandung dalam Ideologi bangsa Indonesia(Red: Pancasila).
Sering kita terjebak pada definisi jihad yang sempit sehingga lupa akan ruh jihad itu sendiri, disini hakikat jihad adalah tekat dan komitmen yang kuat dalam mengarungi samudera penderitaan serta memecahkan kebuntuan. Bangsa yang maju bukan hanya ditentukan oleh sumber kekayaan materi, tetapi kekayaan intelektual. Bangsa Eropa adalah bangsa yang miskin sumber daya alam, tetapi dapat menjadi bangsa yang kuat karena ilmu yang mereka kuasai. Adapun bangsa kita adalah bangsa yang kaya dengan sumber daya alam, tetapi masih tetap dalam cengkeraman utang, karena sumber daya manusia yang kurang.
Pembangunan bangsa ke arah yang lebih baik terus diupayakan, dengan terus melakukan pengkaderan generasi muda yang berkualitas. Santri sebagai sebuah komunitas masyarakat yang akan kembali hadir dalam kontestasi berbagai pertujukan bangsa, sangat diharapkan kontribusi dan perannya.
Dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional, maka ini adalah simbol atau momen kebangkitan santri ke arah yang lebih baik. Saatnya santri meletakkan landasan berfikir yang jelas, mengukir karya untuk bangsa, dan tidak terbawa ke arah yang cenderung pada tindakan provokatif, dan juga hendaknya tidak ternina-bobokkan oleh situasi yang semakin rumit sehingga hilanglah rasa peduli serta apatis terhadap fenomena yang ada. Santri harus menjadi sosok yang tangguh ditengah terpaan badai kehancuran moral bangsa. Wallahu alam Bishawab.

Posting Komentar

0 Komentar