Gerakan pemuda Islam
Indonesia (GPII) merupakan Organisasi Gerakan. Kata gerakan diambil untuk
menunjukkan bahwa kontens dari organisasi adalah selalu bergerak, menuju kearah
perbaikan dan kemajuan sesuai sifat pemuda, dinamis, lincah, cekatan, siap berkorban,
dan tidak lamban; kata pemuda, karena wadah ini memang diperuntukan bagi para
pemuda, bunga bangsa yang memiliki spirit perjuanagn yang membara; kata Islam,
dipakai untuk menjadi pondasi pergerakan, memberi identitas khusus kepada
segenap anggotanya, bahwa mereka adalah pemuda Islam, yang berjuang dengan azas
dan dasar ke-Islam-an, dalam mencari ridho Allah dan ikut mempertahankan Negara
Republik Indonesia; dan untuk lebih memberi penegasan lagi, bahwa pemuda Islam
yang bergerak, maka nama Indonesia pun harus dibubuhkan dibelakangnya. Sehingga
wadah baru itu nama lengkapnya adalah Gerakan Pemuda Islam Indonesia.
Dalam agenda lima tahunannya,
pada 26 – 30 November 2017 GPII akan menjadikan Kota Lombok sebagai pelabuhan
dalam melaksanakan Muktamar XIII. Muktamar yang mengusung tema “Revitalisasi
Peran Keislaman dan Keindonesiaan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Menuju
Indonesia Cemerlang 2045”merupakan tawaran yang sangat ideal bagi
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Penggodogan tema ini bukan
tanpa sebab. Ya, mengingat Indonesia yang dewasa ini merupakan negara yang
mudah terprovokasi. Terlebih umat islam yang mudah diadu domba dengan sesama
maupun umat lain hingga mengakibatkan kehebohan di seleruh sentareo jagad. Maka
dari kasus ini GPII marik benang merah untuk menunjukkan kepada semua kalangan
bahwa komitmen Keislaman dan Keindonesiaan adalah nilai mutlak yang harus
senantiasa diperjuangkan.
Tawaran Keislaman dan
Keindonesiaan menjadi momok paling menarik untuk dapat diimplementasikan bagi
kaum muslim dan/ atau kaum yang lain. Sebab, pada dasarnya, dewasa ini banyak
yang menganggap bahwa Islam merupakan agama yang “marah” dan muslim tidak lagi
berkendak dalam bersatu padu menjunjung NKRI sebagai konsekuensi logis dari kesepakatan
bernegara atau dan lain sebagainya.
Tuduhan atau fitnahan
tersebut perlu segera ditepis. Untuk itu, dalam bingkai membenahi citra islam
yang buruk akibat fitnahan, maka perlu disadari bahwa kemerdekaan Indonesia
merupakanberkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsan yang bebas (Red: Pembukaan UUD
1945), yang pada dasarnya mayoritas pengorbanan dilakukan oleh semua umat
beragama, dan terlebih Umat Islam.
Peran Umat Islam
Dalam sejarahnya, Umat Islam
memiliki peran strategis dalam membidani lahirnya Negara Indoensia. Mulai dari
konsep hingga imlementasinya. Sebagai konseptor, misalnya HOS Tjokro Aminoto
yang pada tahun 1916 menjadi Ketua Sarikat Islam yang pada saat itu merupakan
organisasi politik terbesar dan yang pertama menggagas nasionalisme.
Selain pemrakarsa
Nasionalisme, HOS Tjokro Aminoto juga memiliki murid yang menuruskan konsepnya.
Diantaranya adalah Soekarno, SM Kartosoewirjo dan Semaun, yang pada dasarnya
dari tiga murid ini lahir berbagai multi disiplin pemikiran yang berbeda.
Pertama, Soekarno yang menurut Cindy Adams menyebutkan adalah sosok yang sangat
mengidolakan HOS Tjokro Aminoto. Dia belajar tentang menggunakan politik
sebagai alat mencapai kesejahteraan rakyat. Selain itu, Soekarno juga sangat
menjiwai spirit tentang cara pengorganisasian masa serta menulis yang dilakukan
oleh gurunya.
Kedua, SM Kartosoewirjo
menjadikan HOS Tjokro Aminoto sebagai guru pergerakan sekaligus guru agama.
Dalam berbagai artikel yang ditulisnya, SM Kartosoewirjo merupakan penentang
kaum bangsawan yang melakukan bekerjasama dengan kolonial. Sehingga, pandangan
politik yang ditulisnya di pandang banyak orang sebagai penentangan yang
radikal.
Tak hanya pra – kemerdekaan,
penentangan keras juga dilkukan oleh SM Kartosoewirjo kepada pihak
pemerintahan. Alhasil, akibat ambisinya mendirikan Negara Islam di Indonesia
mejadikan dia diburu oleh aparat keamaan dan kemudian dieksekusi mati berdasar
persetujuan Presiden Soekarno yang merupakan kawan seperguruan.
Ketiga, Semaoen adalah ketua
Partai Komunis Indonesia (PKI) pertama. Paham komunis yang dianutnya menjadi
sangat terkenal saat D.N Aidit memproklamirkan Musso sebagai presiden.
Sehingga, dalam kondisi demikian banyak pertentangan yang lahir. Komunis yang
dianggap menjadi provokator dalam menggoyahkan NKRI dan Pancasila segera
mungkin dilibas oleh pihak kemanan berdasar perintah sang Presiden Soekarno.
Dari pelajaran ketiga sosok
diatas, Kombinasi antara Agama dan Negara yang dibingkai dalam Pancasila, mulai
dari Ketuhanan sampai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
nilai final yang harus dipertahankan bersama. Telepas dari semua itu, titik
tengah dari agamis, nasionalis dan komis adah kebeesamaan dan kebersatuan.
Sebab, esensi dari bernegara adalah bersama menuju visi dengan ramah. Maka,
dalam konteks ini tidak ada yang boleh meninggikan paham agamis yang
"berlebihan" dan komunis yang front.
Al-hasil, dalam kesepakatan,
Indonesia mendialogkan berbagai asas kemudian diadopsi kedalam suatu
kesepakatan yang bernama Pancasila. Lain daripada itu, mengingat umat Islam
yang secara kuantitas dan kualitas mendominasi pembidanan negara Indoensia,
maka berkonsekuensi untuk mengisi kemerdekaan dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Baik berperan di dalam struktural pemerintahan maupun di
luar struktural; Kader GPII yang ada dalam struktural, mereka wajib bersatu
padu dalam menanamkan nilai – nilai Islam yang pada dasarnya adalah sebagai
umat pengayom, terlebih bermanuver dalam partai politik (Islam) yang pada
dasarnya adalah kendaraan yang dapat membumikan perjuangan organisasi GPII; dan
yang di luar struktural, mereka harus selalu bermanuver dengan sesama Umat
Islam untuk berpadu menyuarakan keadilan bagi seluruhya.
Dengan demikian, kemerdekaan yang dirahmatkan Tuhan kepada bangsa Indoneisa
dapat selalu terjaga. Dan dengan “Revitalisasi Peran Keislaman dan
Keindonesiaan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Menuju Indonesia Cemerlang
2045” semoga menjadi solusi untuk mewujudkan Islam yang ramah bagi semua
(rahmatan lil ‘alamin) dan Indonesia yang berkeadaban. Sebab bagi Islam, nilai
luhur yang berkeadilan merupakan ajaran yang mutlak untuk senantiasa
disuarakan, dan cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Mari kita bumikan
Islam Yes, NKRI Yes menuju Indonesia yang ramah dan berkadilan bagi semua!
Oleh: Ahmad Anwar Musyafa’, Ketua Bidang Hukum dan HAM PW GPII Jawa Tengah, Mahasiswa Pascasrjana Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang
0 Komentar