Harsono Tjokroaminoto
|
Pada tanggal 02 Oktober, kami Kader Ummat dan Bangsa
melaksanakan Refleski perjalanan wadah bergerak kami yang 72 tahun. Organisasi
yang didirikan oleh beberapa tokoh yang datang dari beberapa ormas islam ini
dimaksudkan sebagai medium kaderisasi politik pemuda guna mengisi kemerdekaan
republik Indonesia dengan nilai nilai luhur dalam islam.
Di antara para tokoh yang kami maksud adalah Wahid Hasyim,
Moh. Natsir, Anwar Tjokroaminoto, Harsono Tjokroaminoto, Anwar Harjono, Karim
Halim, Ahmad Buchari, Djanamr Adjam, Sjadeli Muchsin, Adnan Sjahmi, Masmimar,
Sjarwani, Anton Timur Jaelani, Moefrani Mokmin dan lain lain.
Untuk memperingati dan lebih menginternalisasi semangat pendirian Organisasi
ini, untuk itulah kami Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) memperingatinya
dengan mengambil tema “Membangun Sinergi Untuk Indonesia ; Islam Yes NKRI Yes”.
Dan di dalam kesempatan yang berharga ini, kami ingin mengusulkan salah satu
kader terbaik ummat dan bangsa ini, Senior kami untuk menjadi salah satu
Pahlawan Nasional.
Berikut Profil Singkat Harsono Tjokroaminoto, Ketua Umum
Pertama Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII).
Harsono Tjokroaminoto lahir di Madiun, 24 April 1912. Adalah
ketua umum pertama Pucuk Pimpinan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII).
Seorang pejuang dan tokoh politik Indonesia yang berhaluan nonkooperatif dengan
Belanda. Putra Haji Omar Said Tjokrominoto. Tokoh besar yang menjadi Guru
Soekarno, Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka.
Harsono adalah anak Ketiga dari lima bersaudara. Dua kakanya adalah Netty Utari dan Anwar Tjokroaminoto. Dan dua adiknya bernama Siti Islamiah dan Suyud Achmad Tjokroaminoto. Harsono mengenyam pendidikan umum di ELS dan MULO. Selain sekolah umum yang disiapkan oleh Belanda, Harsono muda juga sangat tekun menuntut ilmu agama, dengan mendatangi pesantren pesantren. Sekolahnya berpindah pindah, dari Surabaya Jawatimur, Jawa Tengah Jawa Barat dan Jakarta.
Harsono adalah anak Ketiga dari lima bersaudara. Dua kakanya adalah Netty Utari dan Anwar Tjokroaminoto. Dan dua adiknya bernama Siti Islamiah dan Suyud Achmad Tjokroaminoto. Harsono mengenyam pendidikan umum di ELS dan MULO. Selain sekolah umum yang disiapkan oleh Belanda, Harsono muda juga sangat tekun menuntut ilmu agama, dengan mendatangi pesantren pesantren. Sekolahnya berpindah pindah, dari Surabaya Jawatimur, Jawa Tengah Jawa Barat dan Jakarta.
Berbekal pendidkan umum dan pesantren ini dan ditambah
bimbingan sang Ayah kemudian membentuk kepribadiannya yang sangat kental dengan
nasionalisme dan islamisme. Nasialisme dan Islamisme digabungkan olehnya dan
diperjuangkan melalui Organisasi kepemudaan yang didirikan dan dipimpin olehnya
yaitu Gerakan Pemuda islam Indonesia (GPII) dan juga Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII).
Perjuangan dan Karir Politik
Sejak revolusi meletus kemudian proklamasi 17 Agustus 1945, didalam kalangan pemimpin Masyumi pada waktu itu timbul hasrat untuk mengadakan suatu ikatan dari pemuda Islam yang bersifat militan, gerakan pemuda yang mempunyai semangat jihad untuk kemerdekaan agama, bangsa dan tanah air.
Dan yang sangat besar sekali memberikan dorongannya kearah
pembentukan organisasi tersebut ialah M. Natsir, K.H.A. Wahid Hasjim, dan Anwar
Tjokroaminoto. Perpaduan pemikiran ketiga pemimpin ini berputar pada tiga pokok
tujuan, yang harus terdapat pada organisasi pemuda Islam Indonesia yang
dicita-citakan, yaitu pertama meliputi revolusi, kedua harus dapat menciptakan
kader-kader dan bibit pemimpin politik dari perjuangan ummat, dan ketiga harus
merupakan suatu lapangan perjuangan yang dapat mempertemukan pemuda-pemuda yang
berpendidikan sekolah umum.
Ketika semakin banyak pemuda Jakarta yang bergabung dengan
markas perjuangan Kramat Raya 19, terpikir oleh beberapa orang untuk mengganti
nama dan mengubah struktur organisasi PP STI supaya dapat menampung dan menjadi
wadah perjuangan pemuda Islam.
Dalam salah satu rapat anggota STI yang dipimpin oleh Suroto
Kunto, yang dihadiri mahasiswa Sekolah Tinggi Islam, pemuda-pemuda Islam di
Jakarta, seperti Anwar Harjono, Karim Halim, Ahmad Buchari, Djanamr Adjam,
Sjadeli Muchsin, Adnan Sjahmi, Masmimar, Sjarwani, dan para pemuka Islam yang
dapat dicapai ketika itu, disepakati perubahan nama PP STI, pembuatan anggaran
dasar, dan memilih pengurus baru termasuk orang-orang di luar STI yang
bersimpati kepada perjuangan pemuda Islam.
Akhirnya organisasi baru itu bernama Gerakan, maka jelaslah
bahwa sifatnya akan selalu bergerak, menuju kearah perbaikan dan kemajuan
sesuai sifat pemuda, dinamis, lincah, cekatan, siap berkorban, tidak selalu
lamban. Kata-kata pemuda dipakai, karena wadah baru itu memang diperuntukan
para pemuda, bunga bangsa.
Kata-kata Islam dipakai, karena tekanan memang diletakkan pada kata-kata itu, memberi identitas khusus kepada segenap anggotanya, bahwa mereka adalah pemuda Islam, yang berjuang dengan azas dan dasar ke-Islam-an, dalam mencari ridho Allah dan ikut mempertahankan Negara Republik Indonesia.
Untuk lebih memberi penegasan lagi, bahwa pemuda Islam yang
bergerak itu memang pemuda Islam di Indonesia, maka nama Indonesia pun harus
dibubuhkan dibelakangnya, sehingga wadah baru itu nama lengkapnya adalah
Gerakan Pemuda Islam Indonesia (G.P.I.I).
Pada waktu itu menjelang sore hari 16.30 wib tanggal 2
Oktober 1945 diresmikan di Balai Muslimin dengan ketua terpilih adalah Harsono
Tjokroaminoto seorang tokoh pemuda, Moefraini Moekmin, shodancho yang melatih
kemiliteran para mahasiswa STI, A. Karim Halim, pemuda lulusan AMS. Dengan
tujuan pertama mempertahankan Negara Republik Indonesia, dan kedua mensyiarkan
agama Islam. Dan Harsono Tjokroaminoto untuk pertama kali memimpin Organisasi
itu.
ada masa revolusi fisik, anak ketiga dari pahlawan nasional
Oemar Said Tjokroaminoto dan adik dari Siti Oetari, istri pertama Presiden
pertama Republik Indonesia, Soekarno ini duduk sebagai penasihat pribadi
PangIima Besar Soedirman dan ikut bergerilya bersamanya.
Kemudian menjadi anggota dalam Panitia RIS RI untuk
mengembalikan bentuk Negara Kesatuan RI, memimpin goodwiil mission Indonesia ke
negara-negara Islam dan menjadi presiden Kongres Pemuda Islam se-Dunia. Pada
tahun 1972-1975 ia ditunjuk menjadi duta besar RI untuk Swiss. Dan pada tahun
1976-1978 ia menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung RI.
Selain itu Harsono merupakan Menteri Negara Bidang
Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara di Indonesia. Di zaman Belanda ia
pernah berkarier sebagai guru Kweekschool PSII dan pengawas sekolah wilayah
PSII Sulawesi Utara.
Ia membantu dan memimpin berbagai surat kabar dan majalah
yang berhaluan Islam-politik, pengarang beberapa brosur, terutama yang bercorak
politik dan ke-Islam-an. Di zaman Jepang beberapa waktu bekerja pada Domei
Jakarta, dan pernah pula meringkuk dalam sekapan Kempetai, karena ikut dalam
gerakan pemuda Indonesia yang hendak merobohkan pemerintahan Jepang. Pada tahun
1946, ia menjabat sebagai wakil Menteri Negara dalam Kabinet Natsir; dan pada
tahun 1955, ia menjabat sebagai wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Burhanuddin
Harahap.
Oleh: Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII),
Karman BM
0 Komentar