Subscribe Us

header ads

Benarkah Aku Seorang Wali?

Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun. Itu artinya, tinggal menghitung jam, tahun akan berganti. Padahal, rasanya baru kemarin momen pergantian tahun. Sudah mau ganti lagi aja. Waktu memang begitu cepat. Melewati tahun 2021 pun seperti sebentar sekali.

Momen inilah yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Apa saja yang menjadi perayaan pergantian tahun baru pun sudah diagendakan beberapa hari sebelum malam tanggal 1. Di grup WA misalnya, sudah banyak pembahasan tentang planning perayaan. Saya memberi contoh beberapa saja dari aktifitas malam yang dinanti-nanti oleh banyak orang ini. Di antaranya ada pesta kembang api, kegiatan mengunjungi tempat keramaian, bakar-bakaran dan lain sebagainya.

Sebagian orang memang berniat untuk kumpul-kumpul biasa, tapi tetap saja, ini merupakan bagian dari perayaan pergantian tahun. Sudahlah. Saya tidak ingin terlalu membahas lebih dalam mengenai persoalan ini. Mungkin kalau ada kesempatan lain saja kita ngopi tipis-tipis untuk berbicara hal ini. Kalau saya, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, saya hanya bisa berharap tahun depan bisa lebih baik lagi. Aamiin. Ya. Bahkan suasananya pun tidak ada perbedaan dari malam-malam sebelumnya.

Di hari terakhir tahun 2021, saya ingin mendeklarasikan sesuatu. Apa itu? Simak baik-baik. Dengan ini, saya, pemuda asal Banjarnegara yang biasa dipanggil Ikhsan menyatakan diri bahwa,  saya adalah Wali. Pernyataan ini tentu tidak muncul di dalam pikiran saya begitu saja. Melainkan ada hubungannya dengan tahun 2022. Ya walaupun itu kecil, bahkan menurut anda ini sungguh nggak nyambung, tapi saya mencoba menghubung-hubungkan.

Begini.. Di akhir tahun 2021 itu bertepatan dengan momen perhelatan pertandingan sepak bola se Asia Tenggara. Nah, lagi-lagi saya tidak mendeskripsikan apa itu piala AFF, dimana diselenggarakan, siapa saja yang masuk ke final, negara mana yang kira-kira memenangkan piala AFF 2020 saat ini. Pembahasan yang saya maksud masih secara umum. Apa, hayo? Jawabannya yakni bola. Lebih spesifik lagi, yakni Piala Dunia. Akhirnya kejawab juga. Kalau ini menjadi opini, maka judul yang saya angkat adalah ‘Tahun baru dan Piala Dunia’.

Nah, berawal dari sinilah pembahasan saya yang sebenarnya. Apalagi tuan rumah yang menyelenggarakan Piala Dunia tahun ini adalah Qatar. Bagi saya, ini begitu spesial. Mengapa? Karena dulu saya bercita-cita melanjutkan pendidikan di Qatar, namun belum terwujud. Doakan saja semoga terwujud. Aamiin.. Ditambah lagi dengan wali dosen saya juga lulusan Qatar yang pada akhirnya membuat saya makin panas. Itulah yang menjadi motivasi saya untuk benar-benar ingin menginjakkan kaki di salah satu negeri terkaya itu.

Mari berlanjut ke pembahasan… Dari Piala Dunia 2022, mari bernostalgia menuju empat tahun sebelumnya, sebelumnya, dan sebelumnya lagi. Di tahun 2018 misalnya, tepatnya ketika bulan Ramadan, Piala Dunia kala itu menghasilkan Prancis sebagai juara dunia. Lalu, apa yang istimewa? Ya. Tentu bagi saya ada. Karena kurang lebih sebelum pembukaan dimulai, saya menyebutkan siapa yang nantinya keluar sebagai juara dunia. Dan tentu saja prediksi saya adalah Prancis.

Saya pun mencoba mengikuti pertandingan demi pertandingan hingga memasuki babak final. Dan siapa sangka, ternyata benar, bahwa di laga final, Prancis mengalahkan Kroasia dengan skor 4-2. Keluarlah Prancis sebagai pemenang. Yah. Anggap saja kebetulan. Karena saya juga sebenarnya menganggap ini kebetulan. Wajar, tho? Kalau anda bilang ini kebetulan, itu sudah benar. Saya tidak ingin berdebat lagi.

Tapi ternyata bukan hanya di piala dunia 2018 saja. Pada piala dunia 2014 dan 2010 juga terjadi. Yakni saya mampu menebak siapa yang menjadi juara. Tapi lebih tepatnya hanya sekadar mengidolakan sejak awal saja, bukan memprediksi dengan yakin dan mantap seperti di piala dunia 2018. Dan masih ada beberapa tebakan saya lainnya yang tidak hanya pada pertandingan sepak bola.

Tapi, yakinlah bahwa ini semua merupakan kebetulan. Dan saya benar-benar husnu dzon seperti itu. Anda pun mestinya wajib tidak menganggap ini berlebihan. Karena apa? Ya karena pernyataan yang saya sebutkan di awal bahwa saya adalah seorang Wali. Loh, kok bisa? Sebab yang demikian, sebagaimana yang saya alami disebut dengan meramal. Pernyataan itu juga muncul setelah pembicaraan tiada henti bahkan tak jarang menjadi viral di media mengenai Wali. Wali adalah sosok istimewa bagi saya. Dan karena nafsu, sempat mengatakan bahwa saya adalah Wali.

Sebelum itu, kita mendefinisikan terlebih dahulu apa itu Wali. Tapi, biar lebih jelas, maka saya tambahkah kata Allah, jadinya Wali Allah. Juga agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang wali yang dibahas di sini. Bukan wali santri loh, ya.

Pemahaman kebanyakan masyarakat tentang wali, adalah cenderung mengarah kepada orang yang melakukan hal aneh. Jadi, semakin aneh, semakin terlihat kewaliannya. Saya pun sempat dengan mudah mendefinisikan Wali dengan pemahaman yang tidak jauh berbeda bagi sebagian masyarakat. Apalagi ketika perbuatan yang bisa dibilang aneh ini diperankan oleh sosok Kyai, maka sesungguhnya akan ada banyak umat yang tertipu (M.Nasih,2021). Sangatlah disayangkan, sebab berawal dari kekaguman, ini bisa terjadi. Bahkan ketika bisa menebak masa depan atau hal yang belum terjadi sebagaimana yang saya perbuat, mereka makin terkagum-kagum dengan Pak Kyai.

Jadi, apakah selama ini saya salah?  Yaa iyalah. Tapi tenang.. Ini menjadi urusan saya dengan Sang Pencipta. Dan tolong ingatkan lagi apabila saya salah. Namun saya juga tidak melarang bagi siapa saja yang hendak menyatakan diri sebagai Wali, atau lebih tepatnya Wali Allah. Tapi sebelum itu, pemahaman tentang siapakah Wali terlebih dahulu bisa dipahami, tidak mengklaim sembarangan. Kita lihat di dalam Surah Yunus ayat 62-63:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang beriman dan selalu bertaqwa.”

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Wali itu ialah orang yang beriman dan bertaqwa. Mereka dengan istiqomah menghiasi hari-hari dengan ketaqwaan dan berusaha untuk menghindari diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al Furqon Baina Auliya’ir Rohman wa Auliya’us Syaithon, Ia mengatakan: “Wali Allah hanyalah orang yang beriman kepada Rasulullah SAW, beriman dengan apa yang dibawanya, dan mengikuti secara lahir dan batin. Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, namun tidak mengikuti beliau maka tidak termasuk wali Allah bahkan jika dia menyelisihinya maka termasuk musuh Allah dan wali setan.

Dengan demikian, sebagaimana pembahasan di atas, alangkah luasnya pengertian dari Wali. Muhammad Abduh Tuasikal menyebutkan bahwa Wali Allah yang paling utama adalah Nabi. Dan sungguh disayangkan mengenai pemahaman masyarakat yang masih mengartikan Wali dengan monopoli orang-orang tertentu. Wali itu bukan orang yang bisa menebak siapa juara piala dunia seperti saya, istighfar. Bukan yang mampu menggandakan uang, bukan pula yang memiliki ilmu aneh-aneh. wallahu a’lam bi al-Shawab

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
    The Harrah's Cherokee Casino Resort 서산 출장안마 is located 경기도 출장샵 in Cherokee, North Carolina and is open daily 24 여주 출장샵 hours. The casino's 16000 square foot gaming 안동 출장마사지 space features 2,100  Rating: 3.8 · ‎9 votes 강원도 출장마사지

    BalasHapus