Subscribe Us

header ads

Ketum GPII Jateng: Mungkin Bung Karno Menangis Melihat Polah Putrinya

Baladena.ID, Semarang-Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PW GPII) Jawa Tengah ikut menanggapi kontroversi pidato Sukmawati Soekarnoputri yang membandingkan Nabi Muhammad Saw. dengan Ir. Soekarno, yang tidak lain adalah bapaknya.
Ketua Umum PW GPII Jawa Tengah Mokhamad Abdul Aziz sangat menyayangkan hal itu terjadi. Menurutnya, membandingkan Nabi Muhammad sebagai manusia paling mulia dengan Ir. Soekarno itu jelas sangat tidak tepat.
“Itu perbandingan yang tidak apple to apple. Alias cacat logika. Dalam Ilmu Mantiq, disebut sebagai qiyas ma’a al-fariq‘. Perbandingan yang demikian itu secara otomatis tertolak, karena tidak masuk akal,” kata Aziz kepada Baladena.ID, Selasa (09/11)..
Aziz yang juga merupakan alumnus Pondok Pesantren Al-Barkah Sulang itu menjelaskan bahwa nama Muhammad dipuji oleh miliaran orang setiap hari, tanpa putus.
“Setiap muslim setiap hari menjalankan shalat lima waktu, dan karena itu minimal mengucapkan shalawat atas Muhammad sebanyak sembilan kali di dalam bacaan tahiyyat, 10 malah kalau ditambah qunut Shubuh. Kalau jumlah umat Islam ada 1.5 miliar, berapa kali nama beliau disebut? Hitung sendiri,” ujarnya.
Aziz menyebut, Ir. Soekarno saja menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pemimpin yang tiada tanding dan tiada banding. “Saya sangat bersedih, itu dilakukan oleh putri Bung Karno, bapak proklamator Indonesia. Mungkin kalau saat ini masih hidup, Bung Karno menangis melihatnya. Tapi ini juga ada hikmahnya agar kita senantiasa belajar agama, termasuk belajar logika,” sesalnya.
Aziz menambahkan, seharusnya putra-putri Ir. Soekarno menjadi pemersatu bangsa, sebagai mana yang dilakukan ayahnya, bukan sebaliknya. “Kita tentu berharap, mereka tidak hanya anak biologis Bung Karno, tetapi juga menjadi anak ideologis yang bisa meneruskan perjuangan bapaknya,” katanya.
“Bung Karno menjadi solidarity maker, bisa merangkul semua golongan. Tidak pula membeda-bedakan kelompok nasionalis dan Islamis. Karena beliau menyadari bahwa semua kebhinekaan itu adalah potensi untuk membangun Indonesia yang adil dan beradab, Kita berharap anak-anak ideologis Bung Karno terdepan menjadi penerus perjuangan itu,” katanya.
Menurut Aziz, ada dampak positif yang bisa dilihat dari peristiwa puisi Sukmawati ini. “Kita jadi merindukan sosok Bung Karno hadir di tengah-tengah kita lagi. Sosok nasionalis yang tidak enggan dengan kelompok agama. Sekarang kita jumpai banyak yang mengaku nasionalis, tetapi anti agama, menyerang kepercayaan. Seolah-olah yang paling cinta NKRI itu mereka,” katanya.
Padahal, lanjutnya, anggapan itu justru yang mengakibatkan Indonesia kini terus-terusan gaduh. “Siapa yang tidak tahu tokoh-tokoh Islam seperti Wahid Hasyim, Mohammad Natsir, Ki Bagus Hadikusumo, bahkan para pendahulunya seperti Hadratus Syaikh M. Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan.
Siapa yang meragukan rasa cinta mereka terhadap Indonesia? Mereka adalah pemuka agama yang sekaligus pendekar bangsa. Jadi ayolah kita kembalikan kejayaan relasi agama dan negara seperti di awal Indonesia merdeka. Kita suarakan, Islam Yes; NKRI Yes,” pungkasnya. (Red: Azmi/03).
Sumber: Baladena.id

Posting Komentar

0 Komentar