Masa depan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas
dan kuantitas pemudanya. Generasi muda menjadi tolak ukur keberhasilan suatu
negara. Karena di tangan merekalah nasib suatu bangsa ditentukan dan
dipertaruhkan. Kini, Indonesia merindukan sosok pemuda yang bernyali besar,
cerdas, bergerak, bermental baja, dan bertekad mengeluarkan bangsa Indonesia
dari penjajahan dan kebodohan.
Kemerdekaan
Indonesia tidak terlepas dari peran para pemuda. Keteguhan hati dan semangat
juang mereka, benar-benar mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan. Dengan kata lain, karena pemuda kita merdeka. Tidak hanya itu,
peran pemuda juga tercatat dalam sejarah melalui pergerakan mahasiswa. Menurut
Firman Maulana, serangkaian aksi dan gerakan pemuda atau mahasiswa pada masa lalu
tentunya didasari rasa cinta terhadap Indonesia. Rasa cinta yang menggelora itu
dibarengi pula oleh kecerdasan intelektual, ketajaman berpikir, dan semangat
pergerakan.
Dalam
catatan sejarah, kiprah pemuda di Indonesia telah terlihat sejak permulaan tahun
1908 yang ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda, Budi Utomo. Pergerakan
ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Berdirinya organisasi ini menjadi
gerakan awal yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia dan memperoleh
kemajuan yang harmonis bagi nusa dan bangsa khususnya di daerah Jawa dan
Madura.
Partisipasi
para pemuda untuk memerdekakan Indonesia semakin terlihat sejak
dideklarasikannya momentum besar, yakni Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober
tahun 1928. Sumpah pemuda adalah salah satu tonggak utama kebangkitan pemuda
dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini tidak hanya dianggap
sebagai pemersatu bangsa namun juga sebagai kristalisasi semangat untuk
menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Peristiwa ini memberi
berbagai hikmah kepada pemuda, salah satunya membangkitkan semangat generasi
muda Indonesia agar menjadi bangsa memiliki karakter yang kuat, semangat
nasionalisme, serta mampu bersaing secara global dalam menghadapi tantangan di
masa depan. Pemuda diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan
dan kedamaian suatu bangsa.
Baca juga : Bermedia Sosial dengan Semangat Sumpah Pemuda
Untuk
menteladani semangat para pemuda pendahulu, pemuda kini tidak harus mengangkat
senjata, karna kita sudah tidak lagi berada pada situasi perang. Yang harus
dilakukan adalah memahami semangat juang dalam konteks yang luwes. Yakni
diharapkan pemuda mempunyai nyali besar menyikapi segala hal yang berbau
penjajahan, baik penjajahan dalam bidang ekonomi, teknologi, pendidikan,
sosial, bahkan agama.
Jika
dulu para pemuda dihadapkan dengan kondisi genting melawan penjajah, maka
sekarang berhadapan dengan kondisi internal yaitu melawan arus pergaulan
negatif. Penjajahan di era globalisasi ini lebih buruk dampaknya kepada
kepribadian pemuda daripada penjajahan secara fisik. Karena yang diserang
adalah pikiran. Jika yang diserang fisik, maka dia akan membalas menyerang
kepada orang yang menyakitinya, yang jelas-jelas ada dihadapannya. Namun
apabila yang diserang pikiran, maka bisa saja dia membalas dengan menyerang
orang disekitarnya. Pencucian otak inilah yang berbahaya. Bisa menyebabkan
seseorang menjadi musuh dalam selimut. Dengan kata lain, hancurnya bangsa
Indonesia adalah oleh pemikiran tidak sehat orang Indonesia itu sendiri.
Seperti yang pernah dikatakan Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia
“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan
lebih berat, karena melawan saudara sendiri “
Pandangan
yang sudah tertanam di benak masyarakat tentang pemuda sekarang, berkonotasi
negatif. Hal itu disebabkan karena banyak kasus penyimpangan sosial dan
pelanggaran hukum terjadi di kalangan pemuda. Masyarakat disuguhkan dengan
berita-berita yang mengisahkan tentang kenakalan kaum remaja. Tindak kekerasan
hingga penyalahgunaan obat-obatan terlarang kerap kita temui terjadi dikalangan
remaja. Ditambah dengan perilaku seks bebas yang marak semakin menambah daftar
hitam bagi kalangan remaja.
Perkembangan
teknologi harus dijadikan sebagai senjata perang dalam konteks sekarang.
Seperti penggunaan sosial media secara bijak dengan menghadirkan nilai-nilai
semangat Nasionalisme. Misalnya dalam upaya menolak hoax. Para remaja harus
dapat memilih dan memilah data yang beredar luas di internet. Meskipun agak
sulit dihindari, namun yang dapat dilakukan adalah tidak menyebar luaskan
berita yang belum tentu benar kejadiannya. Sayangnya, remaja masa kini tidak
tertarik akan hal itu. Mereka lebih cenderung tertarik pada sesuatu yang viral
walaupun hal tersebut tidak memiliki nilai pendidikan, atau dengan kata lain
tidak mendidik.
Saat
ini, rasa cinta terhadap tanah air dan negara semakin menyusut. Ini dikarenakan
para remaja lebih menyukai hal-hal yang jelas bukan budayanya. Mereka bangga
dengan sesuatu yang merusak citra bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang
terkenal ramah, baik, jujur, sopan, gotong royong dan murah senyum sekarang
semakin tak nampak. Karena peran pemuda tidak muncul, terhalang oleh sisi
negatif globalisasi. Sedikit sekali pemuda yang peduli akan bangsanya. Sehingga
pendidikan yang semakin baik tidak begitu berpengaruh karena kualitas remajanya
semakin buruk.
Melihat betapa pentingnya pengaruh pemuda dalam
menciptakan bangsa yang berkarakter, maka pemuda harus mempunyai kesadaran
untuk merealisasikan cita-cita bangsa Indonesia. Selain kesadaran pribadi, para
pemuda sebagai calon pemimpin masa depan juga harus bisa mendorong dan
mempengaruhi masyarakat untuk bisa merevitalisasi nilai-nilai perjuangan. Juga
harus dapat berkontribusi terhadap bangsa dan negara dengan menjadi agent of change (generasi perubahan), social control (generasi pengontrol), dan iron stock (generasi penerus). Dengan begitu
hakikat bangsa Indonesia dari waktu ke waktu akan terjaga dan pemuda
benar-benar menjadi tonggaknya. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Sumber: Jalandamai.org
0 Komentar