Oleh: Lina Zuliani* |
Ir. Soekarno pernah mengungkapkan “Berikan
aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia”. Sebuah kalimat yang
pernah disampaikan oleh Presiden pertama Rebuplik Indonesia. Dari pernyataan
tersebut bisa disimpulkan, betapa pentingnya peran pemuda bagi kemajuan suatu
bangsa dan negara untuk masa depan. Peran pemuda sangatlah penting dalam
menentukan nasib suatu bangsa. Jika para pemuda yang ada di dalamnya mayoritas
rusak akhlaknya, maka potensi kerusakan suatu negara itu dalam ranah lain juga
akan besar, begitupun juga sebaliknya.
Dalam menganalisis permasalahan ini,
kurang lebih ada dua faktor penting yang dapat mempengaruhi psikologi
atau emosi seseorang. Pertama, tinggi rendahnya daya keilmuan
yang dimiliki seseorang, daya keilmuan yang kurang mumpuni akan
mempengaruhi psikologi seseorang, karena ia akan cenderung lebih gampang dalam
menerima doktrin-doktrin atau informasi baru tanpa memperhatikan kevalidan
informasi yang didapatkan. Sebagai contoh, tentang maraknya berita hoax saat
ini yang biasa disebar lewat perantara media sosial. Kedua, tinggi
rendahnya daya finansial seseorang, daya finansial yang buruk juga akan
mempengaruhi psikologi seseorang, dan efek terburuknya adalah terganggunya
kejiwaan seseorang serta mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan
negatif seperti mudah dibeli harga dirinya.
Saat ini, kondisi Indonesia jika
diibaratkan dengan rumah, negara ini dapat dianalogikan seperti bangunan yang
hampir roboh. Bangunan yang hampir roboh jika tidak diperbaiki, maka yang
terjadi akan benar-benar roboh dan hancur menjadi puing-puing yang berserakan.
Namun, apabila bangunan yang hampir roboh tadi diperbaiki walau pun sedikit
demi sedikit, maka rumah itu secara berangsur-angsur dapat berdiri dengan
kokoh.
Indonesia memiliki populasi muslim
terbesar di dunia. Inilah peluang yang dilihat oleh kelompok radikal, mereka
akan lebih mudah mencari pengikut untuk dijadikan sebagai anggota mereka.
Salah satu gerakan yang terkenal saat ini adalah ISIS (Islamic State of Iraq
and Syria). Berdasarkan keterangan dari Safzen Noerdin, Duta Besar
Indonesia untuk Iraq, mengungkapkan kekejaman dari kelompok ISIS, bahwa siapa
saja yang berusaha mengganggu, mengambat dan tidak sealiran dengan ISIS
maka akan dibunuh.
Dari ungkapan tersebut, jelas tidak akan
relevan jika diterapkan di Indonesia. Melihat Indonesia merupakan negara yang
beragam agamanya, dan erat dengan sikap toleransi bukan memaksakan untuk masuk
agama Islam, karena memang bukan negara Islam. Dan menganggap semua agama
selain Islam dapat diperangi. Di Indonesia, perbedaan pendapat dan agama layak
dihormati, tidak boleh melakukan kekerasan apalagi sampai pada tindakan
pembunuhan. Tindakan anarkis bukanlah ajaran Islam, karena pada awalnya, Islam
datang membawa kedamaian bukan kekerasan. Islam adalah Agama rahamatan lil
‘alamiin, rahmat bagi seluruh alam. Tidak ada paksaan sedikitpun untuk masuk
Islam.
Kini, gerakan ISIS sudah mulai tercium
di Indonesia. Untuk menanggulangi adanya korban dari kelompok ini, harus ada
upaya tertentu untuk mencegahnya. Semisal penanggulangan yang sudah
diupayakan oleh pihak pemerintah seperti dibentuknya Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang bertugas mengadakan seminar, sosialisasi,
serta Forum Group Discussion (FGD). Agenda tersebut merupakan
upaya-upaya untuk mencegah dan menekan aksi radikalisme dan terorisme di
Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh BNPT, bahwa sindikat teroris seringkali menjadikan mahasiswa dan
kalangan akademik lainnya sebagai sasaran empuk mereka.
Pemuda merupakan sasaran utama pelaku teroris, karena pada usia yang masih muda
biasanya masih rentan dan labil emosinya.
Hal tersebut terjadi karena mereka masih
dalam proses pencarian jati diri. Maka dari itulah, kalangan teroris
memanfaatkan peluang ini. Maka dari itu juga, BNPT menjadikan mahasiswa dan
kalangan akademik lainnya sebagai target utama atau objek yang kemudian
diperkenalkan kepada mereka tentang seluk-beluk terorisme serta cara
pencegahannya dengan melakukan seminar-seminar dan diskusi.
Selain di Perguruan Tinggi, sebaiknya
BNPT melakukan sosialisasi kepada siswa SMA sederajat, karena pada masa inilah
waktu yang tepat untuk memasukkan doktrin-doktrin yang baik bagi mereka. Pada
usia tersebut, mereka sangat rentan dengan doktrin-doktrin baru. Pada masa
inilah, seseorang sedang berproses mencari jati dirinya. Untuk itu, perlu
adanya wadah untuk menampung mereka, agar dapat menyempitkan kelompok-kelompok
radikal seperti ISIS.
Upaya Mencegah Aksi Terorisme
Dalam upaya menjaga keutuhan bangsa dan
negara dari perpecahan, maka dipandang perlu untuk melakukan langkah-langkah
sistematis dan terencana dengan cara mengambil peran pemuda sebagai obyek
utamanya. Pertama, pemerintah harus memperhatikan pendidikan
dan keterjaminan perekonomian rakyat, sejauh ini masalah pendidikan dan
kemiskinan masih saja menjadi momok yang sulit dipecahkan. Untuk itu, para
pemuda sebagai generasi penerus bangsa, dipandang perlu untuk ikut andil
membantu memecahkan kedua masalah urgen tersebut khususnya
kalangan akademisi, karena kalangan akademisi mempunyai potensi untuk melakukan
perubahan pada masyarakat selaras dengan peranannya sebagai agent of
change.
Kedua, para pemuda perlu diberikan pemahaman tentang
bagaimana seluk-beluk terorisme yang mulai berkembang saat ini dan kelompok
mana saja yang terlibat dalam aksi terorisme. Ketiga, para
pemuda diberi pengetahuan mengenai cara untuk mengidentifikasi gerakan
terorisme dan bagaimana cara mengenali teroris dan cara mencegahnya. Keempat, mereka
diajari beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindarkan dan melindungi
diri dari pengaruh teroris. Waallahu ‘Alamu Bi Assowwab.
*Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)
Kabupaten Demak
Sumber: Militan.co
0 Komentar