Subscribe Us

header ads

Degradasi Spirit Juang Pemuda


Oleh: Diah Inarotul Ulya*
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia.Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia.Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.

Gelora ikrar dari  para pemuda Indonesia bergema dengan begitu gagahnya. Banyak makna di balik sebuah ikrar pemersatu bangsa yang diucapkan para pemuda Indonesia kala itu. Ikrar yang menjadi bukti para pemuda yang bertekat kuat untuk mewujudkan cita-cita berdirinya bangsa Indonesia.
Istilah Sumpah Pemuda diresmikan sejak tahun 1959 dengan diberlakukannya Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tepatnya pada tanggal 16 Desember yang menetapkan Hari Sumpah Pemuda sebagai Hari Nasional. Maksud dari Sumpah Pemuda tersebut adalah Keputusan Kongres Pemuda kedua yang diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 yang bertempat di Batavia (Jakarta). Hasil dari keputusan ini adalah cita-cita kuat akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, “bahasa Indonesia”. Sehingga para pemuda Indonesia kala itu sangat semangat dalam memperjuangkan dan mewujudkan semuanya. Di antara tokoh yang terlibat dalam Sumpah Pemuda adalah Soenario, J. Leimena, Soegondo Djojopoespito, Djoko Marsaid, M.Yamin dan masih banyak yang lain.
“Jangan sekali-kali melupakan sejarah”, begitulah tajuk pidato Ir. Soekarno sebelum lengser dari kursi kepresidenan. Sejarah telah mencatat bahwa setiap tanggal 28 Oktober seluruh masyarakat Indoneseia mengadakan upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda Indonesia, guna menghormati dan menghargai para pemuda dan sebagai wujud nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.
Melihat kondisi bangsa sekarang ini, sudah seharusanya para pemuda lebih semangat dalam memperjuangkan dan  mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Karena perjuangan itu belum berakhir begitu saja, meskipun usia Indonesia sudah lebih dari 70 tahun, sebagai seorang pemuda yang hidup di era milenial, tentunya kita harus benar-benar melanjutkan perjuangan para pemuda masa lalu yang telah memperjuangkan bangsa.
Akan tetapi, sungguh miris nasib bangsa dan pemuda Indonesia saat ini. Bung Karno, Bapak Revolusi Indonesia pernah berkata “perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Kondisi itulah yang sedang dirasakan bersama oleh negara kita tercinta.
Indonesia lahir akibat perasaan terjajah dan para pejuang berusaha memperjuangkan kemerdekan Indonesia dengan tujan untuk memerdekakan masyarakat dan membawa keadilan serta kemakmuran bagi seluruh masyarakat yang ada di Indonesia. Namun, apakah keadilan dan kemakmuran itu sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia? Jawabannya tentu, “belum”. Banyak daerah-daerah pelosok yang belum merasakan nikmatnya kemerdekaan, masih sangat jauh jika berbicara tentang keadilan dan kemakmuran.
Selain perihal keadilan dan kemakmuran, Pemuda Indonesia di era milenial ini juga semakin memiliki tantangan besar. Tugas seorang pemuda Indonesia tidak lain hanyalah meneruskan perjuangan para pemuda zaman dulu. Namun, apa yang terjadi? Bagaimana kabar pemuda Indonesia saat ini? Sangat miris, semangat juang pemuda saat ini semakin menurun. Bentuk melanjutkan perjuangan di era saat ini bukan lagi melawan penjajah, akan tetapi berusaha mempertahankan Indonesia dengan mengimplementasikan isi dari Ikrar Sumpah Pemuda.
“Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Air Indonesia”. Hanya pengakuan belaka, mungkin kata itulah yang cocok untuk pengimplementasian sebait ikrar sumpah pemuda di atas dengan keadaan Indonesia saat ini. Indonesia dikenal sebagai negera yang gemah ripah loh jinawe. Akan tetapi, banyak pemuda Indonesia yang tidak suka menjadi orang Indonesia dan lebih memilih diakui dari bangsa selain Indonesia, contoh kecil saja dalam hal belajar, para pelajar lebih memilih belajar di luar negeri dan memilih menetap di sana setelah sukses dalam berpendidikan.
Contoh, ada pemuda asli Indonesia yang lebih memilih menetap di Jepang, dia bernama Ricky Elson. Seorang pria kelahiran Padang, Sumatra Barat pada tahun 1980an. Ia adalah seorang teknokrat yang sukses belajar teknologi di Jepang. Dalam wikipedia dijelaskan, bahwa sudah banyak teknologi yang dihasilkannya, seperti motor penggerak listrik yang teknologi itu dipatenkan oleh pemerintah Jepang.
Faktor yang membuat Ricky tidak ingin menetap menjadi warga  Indonesia adalah sebagai berikut, Mentri BUMN Dahlan Iskan beberapa waktu lalu meminta Ricky untuk pulang ke Indonesia dengan tujuan membuat mobil listrik dengan emoticon I Love Indonesia. Nah, setelah mobil tersebut jadi dan sudah diberi nama, yaitu Selo dan Gendhis, tragisnya dia tidak mendapatkan izin dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Di situ Ricky benar-benar kecewa dan tidak mau lagi tinggal di Indonesia yang tidak bisa menghargai jerih payahnya, sehingga dia memutuskan untuk tinggal dan menetap di Jepang sampai sekarang.
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia. Rasa cinta terhadap bangsa Indonesia nampaknya sudah semakin musnah dari benak para pemuda pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Perayaan hari besar nasional seperti contoh Hari Sumpah Pemuda hanya dimaknai sebagai acara upacara ceremonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka. Selain itu ada hal yang memang nampaknya sudah tidak bisa lepas dari masyarakat Indonesia disebabkan seiring berkembangnnya zaman dan kemajuan teknologi yang begitu pesatnya, hal tersebut adalah, hilangnya rasa cinta produk dalam negeri.  Mereka lebih suka makanan luar yang terkesan instan dan memang menarik dari segi tampilan, tapi belum tentu dalam segi kesehatan baik. Namun, inilah yang berbahaya bagi bangsa Indonesia jika hal ini terus dibiarkan berkelanjutan. Mereka banyak yang lupa terhadap identitas dirinya, sehingga tidak hanya dalam pola makanan, dalam pola berpakaian dan beraktivitas sehari-haripun mereka banyak yang meniru gaya-gaya tidak jelas dari luar, mereka tidak bangga dengan ciri khas dan identitasnya sebagai warga negara dan termasuk bagian dari pemuda Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. Itulah bunyi ikrar Sumpah Pemuda yang terharir. Pemuda haruslah mencintai bahasa “ibu” yakni Bahasa Indonesia. Namun, lagi-lagi Indonesia menangis ketika melihat bagaimana pemuda Indonesia saat ini. Mereka lebih memilih menggunakan bahasa-bahasa luar yang memang itu bukan asli bahasa Indonesia dan mirisnya lagi kebanyakan pemuda zaman sekarang sangat kurang dalam hal etika berbicara, baik itu kepada sesama bahkan kepada yang lebih tua.
Harapannya semoga peringatan Sumpah Pemuda tidak hanya lewat begitu saja, utamanya dalam hal perjuangan. Para pemuda zaman sekarang haruslah semakin semangat dalam memperjuangkan negeri tercinta (Indonesia). Memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing, mungkin itu adalah salah satu cara agar semangat pejuangan tidak berhenti begitu saja dan masih akan ada selamanya. Sehingga Indonesia akan menjadi negara yang benar-benar merdeka. Wa allahu a’lamu bi al-sawwab.

*Pengurus PW Corps GPII Putri Jawa Tengah
Sumber: Militan.co

Posting Komentar

0 Komentar