Subscribe Us

header ads

Progresivitas Islam dalam Realita Zaman

Oleh: Zairotus Sholikhah*

"Agama (religion) dan peradaban (civilization) telah banyak di bahas tanpa definisi. Hal tersebut sering melahirkan kekaburan, kerancuan, dan bahkan misconception H.A.R. Gibb (1859-1940) mengatakan, Islam is a complete civilization (Islam adalah satu peradaban paripurna). Pada data masuknya Islam ke Indonesia abad ke 17 Islam adalah Agama anti kekerasan. Tidak ada sejarah Islam di indonesia yang di bawa dengan kekerasan. Islam di indonesia menyebar melalui jalur seni dan kebudayaan. karena yang membawa Islam ke indonesia bukanlah penguasa, melainkan para kaum sufi yang anti kekerasan. Mereka yang mengajarkan toleransi, cinta kasih dan kesabaran."
Ketika Islam terlalu di sibukkan oleh hal-hal yang artifisial, itu sesungguhnya mencerminkan ceteknya penalaran kita terhadap subtansi dalil-dalil yang jelas membutuhkan keluasan cakrawala keilmuan kita. Dalam konteks ini, merujuk pada hasil penelitian disertasi Haedar Nashir, Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia (2007), ada beberapa kelompok yang selalu getol melakukan perubahan secara radikal dengan cara menginstrumentalisasi keyakinannya. Alhasil, pandangan-pandangan kita jadi tampak merosot ke belakang, bukan maju. Kita menjadi terlihat out of date di hadapan dinamika progresivitas realitas zaman, baik secara kultural, tradisi, politik,dan sains.
Kampanye khilafah bertentangan dengan Pancasila
Pemerintah mengaku telah mengetahui penyebaran paham radikal di kampus-kampus, dan sudah melakukan berbagai upaya pencegahan bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, jelas Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir. "Jadi di kampus kami bentuknya selalu kami kumpulkan para rektor, instruksikan dalam bentuk surat sudah kami sebar, semua kegiatan organisasi masyarakat, organisasi politik, ormas lainnya yang menamakan diri adalah yang diindikasikan radikalisme dan ekstremisme ini dilarang di kampus, " kata Nasir.
Misal, di saat Islam sudah bergerak jauh dalam format nation-state, kita terperam begitu dalam pada isu-isu lawas khilafah. Saat demokrasi menjadi isu sentral tata negara dan politik global, kita sibuk berjibaku dengan monarki absolut yang berkoak-koak seperti kebudayaan yang masih melekat dalam Islam. Dari situ, Islam menjadi tidak lagi shalih likulli zaman wa makan. Islam menjadi tidak bernuansa Rahmatallilalamin lagi. Akhirnya, musykillah kita bisa bergerak sedemikian dinamis sesuai dengan realitas zaman.
Landasan Islam Progresif
Di satu sisi pandangan dan aksi Islam progresif, menurut Omid Safi, merupakan kelanjutan dan kepanjangan dari gerakan Islam liberal yang muncul sejak kurang lebih seratus lima puluh tahun yang lalu yang lebih menekankan pada kritik-kritik internal terhadap pandangan dan prilaku umat Islam yang kurang sesuai dengan nilai-nilai humanis.
Kenyataan inilah yang memberikan inspirasi terhadap munculnya pemahaman dan aksi Islam progresif. Walaupun dengan demikian cara pandang  kritis dan aksi Islam progresif semuanya hendaknya berorientasi kepada kemajuan. Alquran telah mengajarkan kepada kita bahwa Allah tidak akan mengubah satu komunitas, sebelum mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar-Ra’d (13): 11)
Salah satu yang mengesankan dalam sendi-sendi peradaban Islam adalah pendidikan seumur hidup (life- long education) yang terukir dalam sejarah sekaligus sabda Rsulullah SAW “ Carilah Ilmu dari sejak lahir sampai ke liang lahat”. Islam menempatkan ilmu dan memberi nilai lebih terhadap ilmu ( the value of knowledge). Saksinya adalah ratusan hadis dan ayat-ayat Alqu’an yang berhubungan dengan ilmu. Hal tersebut masih di perkuat dengan fakta sejarah.
Pada dasarnya seperti inilah Islam begitu banyak keistimewaan di antara manusia. Namun hanya manusia yang berhak untuk memilih, ingin berjalan dengan cinta ataukah menebar sebuah kebencian.
Peran Pemuda Islam
Tujuan khusus untuk  mencapai semua ini bahkan di era peradaban dunia sekalipun adalah bagaimana cara pandang dan aksi progresif, paling tidak ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama menyampaikan dakwah Islam progresif secara efektif dengan tujuan dapat membantu menyampaikan gagasan – gagasan tersebut kepada masyarakat secara luas. Kedua, menumbuhkan rasa kebersamaan antar sesama pemikir dan aktivis progresif antara mereka dan masyarakat luas.
Pemuda itu bergerak, menggerakkan jiwa raga selama jantung masih berdetak. Tanpa memperdulikan suara sumbang yang menantang. Tidak berhenti ketika badai menerjang, justru semakin semangat menggelorakan bara cinta dan cita menuju kemuliaan dan kemenangan Islam yang hakiki.
Semangat pendahulu kita adalah gotong royong dan persatuan, bukan semangat tafaruq perpecahan, bukan tahajur saling mendiamkan, bukan ihtilaf membesarkan ego berselih paham, bukan taqathu’ saling memutus hubungan.
Mari bersatu, untuk apa di anggap manusia yang paling bisa, untuk apa di anggap manusia yang paling benar. Tidak ada manusia sempurna, maka tugas kita adalah belajar, mengerti, memahami, menyelami, belajar mengabdi hanya kepada illahi demi Islam yang progresif di era peradaban dunia ini.

Posting Komentar

0 Komentar