Subscribe Us

header ads

Membungkam Gerakan Kritis Mahasiswa


Diyana Wijaya, Peserta Tsaqafah Asal Aceh, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Walisongo Semarang
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi. Namun, proses sistem demokrasi yang dianut oleh negeri ini tidaklah sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada demokrasi. Negeri ini mahir berteori dalam berdemokrasi, tetapi nol dari segi praktik. Bagaimana mungkin Indonesia dapat dikatakan bahwa sistem demokrasi yang dianut berproses secara kental. Tidak sama sekali, jikalau ditinjau dari segi realitanya tidak menggambarkan demikian.
Lihat saja mahasiswa kita sekarang, mereka dibungkam oleh sistem presensi yang ada di kampus. Sehingga mempersulit bagi mereka untuk melakukan unjuk rasa yang bertujuan untuk memberikan peringatan, masukan dan nasihat untuk pemerintah. Jika diciptakan sistem presensi seperti itu, mahasiswa  sangat sulit untuk melakukan gerakan, karena mahasiswa juga dihadirkan rasa cemas terhadap absensi yang membuat dinamika ujian mereka tertahan oleh sistem.
Inilah salah satu cara untuk membungkam orang-orang yang peduli akan pemerintah. Namun, semahir-mahirnya taktik gerakan orang yang peduli pemerintah ternyata lebih mahir pemerintahnya lagi dalam mengatur sistem ini. Coba perhatikan siklus pembungkaman ini, presiden menakuti menteri, menteri menakuti rektor, rektor menakuti dosen dan dosen menakuti mahasiswa. Di mahasiswa inilah yang benar-benar dipenjara habis-habisan. Mereka dibingkai sedemikian rupa, yakni berjalan sesuai yang diinginkan oleh pemerintah. Sehingga sebagian dari mahasiswa ada yang mengambil jalan enaknya, yaitu menuruti apa-apa yang diperintahkan. Jadi, jangan heran jika gerakan-gerakan mahasiswa sekarang tidak seambius seperti tempo lalu. Mereka  lebih asik pergi ke studio yang membuat diri mereka bisa ketawa-ketiwi, terbebas akan pembungkaman. Karena menurut mereka itulah jalan aman untuk menyelamatkan nilai tertulis mereka diatas selembar kertas.
Seharusnya mahasiswa jangan mengikuti arus pemerintah yang anti krtik ini. Karena  mahasiswa akan kehilangan peran dan tugas yang semestinya itu sudah lekat pada diri mahasiswa. Sebaiknya, mahasiswa membuat efek jera pada lingkup kampus yang membuat sistem presensi dengan memberikan rasionalisasi yang lebih diterima oleh petinggi universitas. Biar mereka melek dampak dari dibuatnya sistem tersebut.
Bukan mendiamkan sistem tersebut dengan mengambil jalan santai yang membuat negeri ini menjadi kaca balau dari sistem yang membungkam gerakan mahasiswa. Dan sistem ini juga bukanlah bagian dari demokrasi melainkan demokrasi bar-baran.

Posting Komentar

0 Komentar