Oleh: Moch
Rosyad A.R, Peserta Tsaqafah asal
Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Pada zaman
ini sosmed adalah media yang sedang digandrungi oleh masyarakat. Apalagi pada
era sekarang yang didukung dengan teknologi yang canggih, seperti android yang
mempermudah masyrakat untuk memiliki sosmed, sehingga masyarakat dengan mudah
mendapatkan aplikasi medsos di play store.
Pada era ini hampir setiap individu
tiap hari berkutat pada sosmed, bahkan memiliki akun sosmed menjadi hal yang
wajib. Karena dengan memiliki akun sosmed, masyarakat bisa mengetahui berita
terupdate. Jadi, pada era sekarang masyarakat lebih memilih medsos sebagai
media yang wajib untuk dimliki.
Di balik
keuntungan tersebut, sebagian orang memanfaatkan sosmed sebagai media
pencitraan, agar menarik simpatisan masyarakat yang berakibat pada
elektabilitas yang tinggi. Bagi Orang-Orang yang memiliki kepentingan khusus,
seperti tokoh politik yang ingin mencalonkan diri, sosmed adalah media yang
paling efektif untuk mengkampanyekan diri. Karena sekarang hampir seluruh
masyarakat di era milineal mempunyai akun sosmed.
Para poltisi yang
memiliki kepentingan-kepentingan khusus tak segan-segan mengeluarkan dana untuk
membayar ke pemilik sosmed, agar mereka (polotisi) bisa terlihat baik di mata
masyarakat. Sebetulnya, pencitran adalah rekaan media dengan agenda settingan
yang bertujuan untuk memperdayai masyarakat agar mereka memilih politisi yang
terlihat mempunyai citra yang baik.
Masyarakat
pada zaman ini, khusunya generasi milenal yang sebantar lagi akan
berpartisipasi dalam pemilu, harus pintar dalam menerima berita. Karena pilihan
mereka menentukan pemimpin negara selanjutnya. Karena banyaknya kasus-kasus
pencitraan, mereka harus berhati-hati dalam memilih. Apalagi bagi kaum muda
milenial yang mudah dipengaruhi dan cenderung hanya ikut-ikutan. Masyarakat
harus selektif dalam memilih pemimpin.
Salah bentuk selektif adalah dengan
mneyeleksi informasi-informasi yang beredar di sosmed dengan cara tabayun (membuktikan).
Seharusnya sosmed tidak digunakan untuk pencitraan, melainkan sebagai media
yang memberikan informasi-informasi real sebagaimana mestinya yang bukan rekaan
atau settingan. Dan pihak media harus objektif dalam memberikan
informasi, agar tidak ada masyarakat yang salah dalam memilih pemimpin dan agar
tidak terjadi simpang siur informasi antara media satu dengan yang lain.
0 Komentar