Subscribe Us

header ads

Status WA dan 'Religious Value'


Oleh: Triana Sri Hartat
Peserta Tsaqofah asal Semarang; Mahasiswi Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang
Gambaran surga yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an diantaranya; mengalir sungai-sungai, kebun yang melimpah buahnya, bahkan keindahan emas, mutiara pun telah digambarkan dalam al-Quran. Secara spesifik dalam QS. al-Waqiah ayat 29, yang artinya: “Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya)”. Ayat tersebut jelas tergambarkan oleh keadaan lingkungan yang ada di Indonesia. Buah pisang yang tumbuh di Indonesia bisa saja ditemukan diberbagai daerah, dengan berbagai macam jenis buah pisang yang berbeda bentuk dan rasa.
Indonesia kaya akan berbagai Sumber Daya Alam (SDA), namun hingga kini di zaman persaingan teknologi kian pesat, Indonesia belum bisa dikatakan sebagai Negara Maju. Masih tetap disebut Negara berkembang, yang realitanya tidak juga berkembang. Tidak bisa dipungkiri, mau tidak mau Indonesia harus mengikuti perkembangan zaman di era Milineal seperti sekarang ini. Diantara perkembangan-perkembangan yang berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari oleh semua pihak adalah perkembangan teknologi dan informasi.
Gadget  sebagai salah satu produk yang muncul di Era Milenial ini memberikan pengaruh besar di berbagai pihak. Anak kecil, remaja, orang tua telah mengenal dan menggunakan produk ini. Tentu dengan munculnya gadget  menjadi tantangan tersendiri dalam perkembangannya.  Seperti munculnya aplikasi-aplikasi yang semakin canggih, WhatApp (WA) misalnya.
Aplikasi WA bukan menjadi hal yang asing lagi diberbagai kalangan. Dalam perkembangannya tentu banyak sisi positif  yang ditawarkan oleh aplikasi ini. Seperti Voice note, Video call, kirim foto sekarang menjadi lebih mudah. Dalam aplikasi WA, terdapat fasilitas untuk Update Status yang berlaku dan bisa dilihat selama 24 jam. Fasilitas ini sungguh sangat menarik bagi kalangan remaja khususnya untuk meluapkan ekspresinya. Ditamabah fasilitas emoticon yang menggambarkan berbagai ekspresi.
Membuat status di WA bukanlah hal yang keliru. Namun dalam berbagai pengamatan, dalam membuat status WA banyak ekspresi atau unggahan-unggahan yang mengandung umpatan dan ajang pengaduan perasaan di depan publik. Tanpa di sadari hal ini berpengaruh pada Religius Value (nilai keagamaan) semua kalangan. Orang-orang menjadi betah di depan gadget, dan sedikit berdzikir kepada Tuhan nya. Kebanyakan orang menganggap dengan membuat status di WA masalah akan tersampaikan dan justru melupakan kewajiban kita sebagai hamba. Iyyaakan’budu wa iyyakanasta’iin. Hanya kepada Allah kita semua menyembah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan.
Agar tidak terjadi kemrosotan nilai moral keagamaan yang tidak sadar telah “menyerang” keimanan dalam beragama, mari jadikan produk-produk perkembangan zaman ini menjadi sebuah karya dan seni. Misalnya; puisi, gambar-gambar yang bermakna yang bisa mendorong orang lain ikut menghasilkan karya yang luar biasa untuk Indonesia. Wallahu a'lam.

Posting Komentar

0 Komentar