Dok. Tsaqafah |
Oleh: Kurnia Intan Nabila
(Peserta Tsaqafah Nasional PW GPII Jateng asal Surakarta, Jawa Tengah; Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-qur’an dan Tafsir UIN
Walisongo Semarang)
Hiruk –
pikuk dunia mengenalkan kita pada kata yang tak asing lagi dalam kamus media
maya, “generasi milenial”. Nama generasi yang disematkan pada mereka yang lahir
berkisar tahun 1980 hingga 2000 an. Pemuda milenial yang hadir ditengah
meningkatnya mutu pendidikan dan majunya peradaban serta komunikasi mampu membuat dirinya melejit
dengan inovasi dan kreativitas tanpa batas, yang mana membuat kadar kepercayaan
dirinya membumbung tinggi. Tak jarang kelebihan ini
membuat mereka menuntut diperlakukan istimewa. Inovasi yang terus berkembang
bak hujan yang turun dari langit membuat kita tak memungkiri bahwa lingkunganlah
yang menempa mereka menjadi manusia kreatif dan haus akan tekhnologi.
Sementara,
masa remaja adalah masa yang cukup singkat dalam fase kehidupan dimana hanya
berlangsung dalam beberapa tahun saja, sekaligus menjadi fase seseorang dalam
pencarian jati dirinya dan ini merupakan fase paling menarik dalam hidup
seseorang. Alhasil, ada sebagian pemuda milenial yang telah mempunyai bekal
yang cukup untuk menunjang kebutuhan mereka di masa depan.
Di sisi lain, ada juga pemuda milenial yang bawaannya minder
melulu. Lingkungan mereka tak mampu mendukung baik secara teknis maupun non
teknis.Tidak semua remaja di kehidupannya cukup beruntung untuk dapat
menikmati saat-saat bahagia dalam kehidupan remaja mereka. Banyak dari mereka
dihancurkan oleh kurangnya kepercayaan diri dan kehidupan keras dari lingkungan
mereka. Terkhususnya generasi milenial Indonesia yang cukup banyak yang
memiliki masalah terkait dengan kepercayaan diri dikarenakan kurangnya
informasi, sikap orang sekitar dan stress yang ditimbulkan dari tekanan sosial.
Mereka takut dinilai orang lain, takut gagal, takut tidak sukses bahkan takut
untuk memulai sesuatu. Banyak remaja yang terimbas pengaruh dari media sosial
yang membuat mereka terganggu akan kepercayaan dirinya, sehingga sulit
membangun kepercayaan diri.
Ketika
berbicara idealisme, maka memang waktu remaja yang dalam hal ini berusia 18-38
tahun adalah waktu produktif untuk meningkatkan karir dan mengasah kepercayaan
diri. Bukanlah termasuk kesalahan atau kutukan alam ketika kita terlahir di
lingkungan yang minim dukungan sumber daya baik secara material maupun non
material. Namun, menjadi suatu kesalahan besar ketika kita mati dan belum mampu
mengeksplor secara penuh kemampuan diri sendiri.
0 Komentar