Islam adalah agama terbesar kedua di dunia dan yang paling cepat
pertumbuhannya. Ada sekitar 1.3 sampai 1.5 miliar muslim di seluruh dunia,
kira-kira berjumlah seperlima populasi total manusia, tersebar di lebih dari 70
negara. Diantara 70 negara tersebut adalah Indonesia, sebagai negara dengan
populasi umat Islam terbanyak di dunia. Oleh karena itu, bukan merupakan
kenisicayaan jika di Indonesia ditemukan partai poltik Islam.
Di sisi lain, Islam tentunya bukan sekedar agama, melainkan sebuah jalan hidup yang lengkap, penuh perintah tentang perilaku-perilaku moral, politik, dan ekonomi bagi individu maupun bangsa. Dengan begitu, parta politk Islam bukan merupakan keniscayaan jika ditemukan di Indonesia. Tapi, kenapa? Berdasarkan sejarah, partai politik Islam cenderung mendapatkan kekalahan dan kekelahan dalam pemilu.
Faktor
dari kemunduran ini, anatara lain; ada paham yang menyebutkan bahwa pemilu
adalah sistem kafir sehingga haram untuk berpartisipasi, dan pemuda zaman
sekrang hanya menaruth perhatian terhap isu sosial, sedangkan isu politik
cenderung bersifat apatis. Ini berdasarkan survey dari Alvara Research Center
(2004).
“Dalam gambaran sebuah pemilihan umum, generasi milenial di Indonesia cenderung menjadi pemilih yang bersikap swing (berubah-ubah) dan apathetic (apatis, tidak peduli).”
Di sinilah tantangan bagi para pemuda zaman sekarang, sebagai sosok yang muda, yang dinamis, yang penuh energi, yang optimis, diharapkan untuk dapat menjadi agen perubahan yang bergerak dan berusaha untuk sedekat mungkin dengan dunia utopia itu. Pemuda diharapkan bisa membawa ide-ide segar, pemikiran-pemikiran kreatif dengan metode thinking out of the box yang inovatif, sehingga dunia tidak melulu hanya dihadapkan pada hal-hal jaman old yang itu itu saja dan tidak pernah berkembang.
Dengan kata lain pemuda diharapkan menjadi pemimpin masa depan yang lebih baik dari pemimpin masa kini. Pemuda diharapkan untuk menjadi change agent, yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas, perbaikan dan pengembangan. Untuk itu, perlu adanya perumusan secara efektif dalam mengkomunikasikan gagasan bahwa pemilu bukanlah produk haram ¾ISLAM yes, NKRI yes¾dan bersikap apatis terhadap politik merupakan kesesatan yang nyata. Karena dengan kekayaan kita bisa menolong banyak orang, tapi dengan politik kita bisa menolong semua orang.
Kodrat Alamsyah (Peserta
Tsaqafah Tingkat Nasional PW
GPII Jateng asal Luwuk, Sulawesi Tengah).
0 Komentar